22 April 2021
Magnet Molekul Tunggal untuk Teknologi Informasi

Serpong, Humas LIPI. Muhandis Shiddiq, peneliti Pusat Penelitian Fisika – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2 Fisika – LIPI) mempresentasikan penelitiannya yang berjudul “Single Molecule Magnets for Information Technology” atau Magnet Molekul Tunggal untuk Teknologi Informasi dalam Kolokium Fisika Daring, Kamis (22/4). Muhandis Siddiq menyampaikan teknologi informasi pada aplikasi single molecule magnets (magnet molekul-tunggal) yang meliputi penyimpanan data (data storage) dan komputer kuantum (quantum computing).
Single-molecule magnet merupakan molekul yang memperlihatkan sifat magnet murni yang berasal dari molekul. Sehingga tidak memerlukan interaksi antar molekul untuk munculnya sifat magnet tersebut,” tutur lulusan strata-1 di Universitas Indonesia.
“Hal ini membuat single-molecule magnet secara fundamental berbeda dari magnet konvensional,“ tambah Han kerap disapa.
Menurutnya, single-molecule magnet berbeda dari magnet konvensional, yakni dapat dilarutkan dalam pelarut atau ditanamkan dalam matriks (seperti polimer) dan masih akan menunjukkan sifat kemagnetannya.
Penyimpanan Data
Peneliti yang menempuh progrma master dan doktoral di Florida State University, Amerika Serikat, menjelaskan bahwa single-molecule magnet ini dapat berfungsi sebagai bit (unit terkecil) dalam alat penyimpanan data magnetik. Ini berarti, sistem penyimpanan data yang menggunakan single-molecule magnet ini dapat menyimpan data besar dalam ukuran yang sangat kecil karena unit penyimpan datanya berupa molekul. Hal ini merupakan salah satu aplikasi single-molecule magnet dalam informasi teknologi, yaitu digunakan dalam sistem penyimpanan data magnetik.
Komputer Kuantum
“Oleh karena single-molecule magnet merupakan molekul, maka dia termasuk objek kuantum, yang memperlihatkan fenomena kuantum, seperti quantum tunneling, dari sifat kekuantumannya ini, maka single-molecule magnet mempunyai potensi untuk digunakan sebagai quantum bit (qubit) / bit kuantum dalam komputer kuantum, “ ungkapnya.
Kelebihan single-molecule magnet sebagai qubit adalah mudah dibuat dalam jumlah banyak (scalable) dan juga mudah dimanipulasi. Sedangkan tantangannya adalah waktu koheren single-molecule magnet masih lebih pendek jika dibandingkan sistem yang lain. Tetapi hal ini dapat diatasi dengan beberapa strategi, seperti menggunakan clock transition.
“Penemuan single-molecule magnet ini menunjukkan bahwa riset fundamental dapat memberikan paradigma baru yang dapat memberikan terobosan aplikasi praktis yang konkrit,” tutup peneliti dari Kelompok Penelitian Laser. (hrd/ ed. adl)